Kutip Hadits Rasulullah, Capres Amerika Serikat Ingin Sekolah-sekolah Belajar Islam


Calon Presiden Amerika Serikat yang saat ini menjabat sebagai Wapres, Joe Biden mengutip hadits Rasulullah SAW saat menyindir kebijakan Presiden Donald Trump yang dianggapnya kurang tepat.

Pernyataan Joe Biden tersebut disampaikan dalam pertemuan puncak online yang diselenggarakan oleh organisasi “Engage Action.

“Sebuah hadits dari Nabi Muhammad memerintahkan, Siapa pun di antara kamu melihat kesalahan, biarkan dia mengubahnya dengan tangannya, Jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika dia tidak bisa, maka dengan hatinya,” katanya membacakan kutipan hadits seperti dilansir dari Hops.id.

Biden sengaja mengucapkan kutipan hadits itu sebagai respons atas dukungan dari pemimpin Islam di Amerika Serikat kepada dirinya yang akan maju dalam pilpres pada 3 November 2020.

Joe Biden akan maju sebagai calon presiden dalam gelaran Pilpres Amerika Serikat tahun ini, yang diusung partai demokrat. Atas dukungan itu, Biden bahkan telah mengungkap janjinya untuk mengatasi kebutuhan dan keprihatian komunitas Muslim Amerika jika terpilih menjadi presiden.

Biden bahkan mengaku dirinya tak sungkan memuji Islam sebagai salah satu agama yang agung. Pada kesempatan tersebut dirinya berharapa sekolah-sekolah di AS mengajarkan lebih banyak tentang Islam, pernyataan tersebut dikemukakan kepada peserta pertemuan online million muslim votes.

“Salah satu hal yang saya pikir penting, saya berharap kami mengajar lebih banyak di sekolah kami tentang iman Islam,” terangnya.

Lebih jauh dia juga mengkritik petahana Presiden Donald Trump karena “memperbesar api kebencian”.

Dengan dukungan tersebut, Biden juga berjanji akan mengangkat tokoh muslim sebagai bagian dari pemerintahannya dan mengakhiri larangan perjalanan bagi warga negara muslim yang sebelumnya telah dilarang sejak 2017.

“Jika saya mendapat kehormatan menjadi presiden, saya akan mengakhiri larangan Muslim pada hari pertama, hari pertama,” ujarnya.

Lebih jauh ia juga mengkritik petahana Presiden Donald Trump karena “memperbesar api kebencian”.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel